Orangtua, dimana saja tetap sama.

sedari kecil bukan kebiasaan untuk menjadi ekstrovert
semua terasa bagaikan dunia yang sangat luas hingga aku tak berani menjamahnya.
melihat berbagai bangunan raksasa di tengah kota,
mobil-mobil berseliweran bagai tak kenal lelah.
untuk seorang anak kecil, terlalu ciut untuk menandinginya.

kedua orangtuaku tak pernah lelah mengajari makna hidup
mereka meyakinkanku bahwa mereka selalu ada untuk sebuah keluh kesah
ada untuk sebuah cerita, siap untuk berperan sebagai wadah.
maka,
seorang introvert keluar dari pupa, menjadi ekstrovert,
meski membutuhkan waktu yang lama untuk dia beradaptasi.

Masih, sampai sekarang ayah dan ibu adalah tempat mengadu.
meskipun jauh,
saat tidak ada seorang pun yang bisa dipercaya.
saat dunia menghakimi, mengkhianati, tidak memberi kesempatan.
namun mereka ada
dan tidak butuh waktu lama untuk mengalir sebuah cerita dari bibir ini
hanya butuh satu jam setiap hari melalui operator jaringan

hanya ada dua pilar yang mereka ajarkan
agama dan keluarga.
hanya sedikit teman yang setia sampai akhir, setidaknya sampai sekarang
bersyukur masih memiliki mereka, entah sampai kapan.
saat kita jalan masing-masing? entahlah.

ayah ibu ada dan tidak menuntut apa-apa
bahkan saat harapan mereka satu-satunya ini mengecewakan
tidak lelah dan juga tidak memilih untuk meninggalkan

yang jelas,
tidak terhitung berapa banyak sholat malam yang mereka lakukan,
ayat-ayat al-Qur'an yang mereka lantunkan,
dan dzikir yang mengalun dalam setiap nafas,

hanya untukku.

Comments

Popular Posts