2 April 2012
Assalamu'alaikum Ayah di surga, Ayah sedang apa sekarang? Wanda penasaran apa kegiatan Ayah yang baru di alam sana. Semoga Allah sudah mengembalikan Ayah pada kondisi normal sebelum stroke dan sekarang Ayah sudah tidak kesulitan untuk berjalan lagi, dan semoga Ayah bisa melihat Wanda dan Ibu sambil tersenyum dari sana. Amin.
Ayah masih ingat? Kata-kata terakhir yang aku bisikkan ketika terakhir kita bertemu. Saat itu akulah yang paling ditunggu sebelum Ayah disholatkan dan dimakamkan. Aku berbisik di telinga Ayah "Assalamu'alaikum Ayah. Thankyou for never giving up on me, and raised me as your own child. I will always do my best to make you proud, Yah. Wanda selalu sayang Ayah" kemudian ku kecup pipi Ayah sambil terisak pelan. Kata-kata itu adalah seuntai kalimat paling tulus yang pernah aku ucapkan pada seseorang. Aku tau, kata terima kasih tidak akan cukup untuk membalas semua yang telah Ayah lakukan untuk aku selama ini.
Ayah masih ingat? Seminggu yang lalu aku pulang ke rumah, karena Ayah meminta aku membuatkan jurnal yang belum sempat Ayah selesaikan. Berjuta syukur aku ucapkan karena Allah telah mengatur pertemuan kita itu. Ayah yang sudah membaik dan masih bisa bercanda sama aku. Ayah tidak menyampaikan sesuatu yang orang-orang bilang sebagai "pertanda". Semua baik-baik saja, berjalan seperti biasa. Bahkan sampai pagi itu, ketika aku mendapatkan telfon dari tetangga kita, Tante Rina. Sayup-sayup aku mendengar derai tangis dari belakang "Kak Wanda bisa pulang sekarang?" Hati ini mencelos. Lima belas menit yang lalu aku mengganti display picture BBM ku dengan foto Ayah dan Ibu, "Kangen" kataku. Kemudian telfon itu berdering bagaikan siraman air es di pagi buta. Segalanya seolah membeku di sekililingku.
Ayah masih ingat? Banyak sekali kesalahan yang aku lakukan, kekecewaan yang Ayah rasakan atas semua perbuatanku. Tapi, Ayah tidak pernah sekalipun kasar, membentak, bahkan menghakimi secara sepihak. Ayah adalah orang tersabar yang pernah aku kenal. Ayah selalu rutin menelefonku setiap pagi untuk menanyakan "Anak Ayah sudah makan? Lagi dimana? Kuliah jam berapa?" Bahkan saat Ayah protes kenapa bukan aku yang menelepon duluan, Ayah tetap menelepon lagi keesokan harinya. Sampai saat Ayah sakit pun, ketika Ayah belum bisa memegang Handphone, Ayah selalu meminta Ibu untuk meneleponku kemudian me-loudspeaker percakapan kita. Sesederhana itu.
Ayah masih ingat? Saat aku masih kecil, kita hanya pergi ke McDonald's saat aku berulang tahun dan pembagian rapor. Ayah tidak suka makan diluar, apalagi junk food seperti itu. Guilty pleasure-ku yaitu Happy Meal dengan mainan menarik hanya aku dapatkan saat momen-momen itu. Sesuatu yang selalu aku tunggu. Mainannya masih ada sampai sekarang, dan memorinya akan selalu tersimpan.
Ayah masih ingat? Saat SMA, aku diserang wabah demam berdarah. Mau mati rasanya saat itu. Tapi Ayah dan Ibu selalu ada, mengurusi segalanya sampai aku sembuh total. Dan juga sakit-sakit yang lainnya, saat aku panas dan terserang manja maksimal, Ayah dengan sabar bertanya dari saluran telfon kantor "Anak Ayah mau dibeliin apaa?" Seolah pertanyaan yang retoris karena Ayah tau aku adalah generasi Kolonel Sanders. Kemudian Ayah pulang membawa satu basket Chicken Wing KFC. Sesederhana itu.
Ayah masih ingat? Ketika ujian masuk universitas mulai gencar-gencarnya diadakan, Ayah bilang "Paling jauh Bogor ya" Kalimat itu terngiang sampai sekarang dan membuat aku menyesal karena sudah kuliah sejauh di Jogja. Aku tidak bisa secepatnya ada disebelah Ayah di saat terakhir. Oh, bahkan aku tidak ikut test di Bogor sesuai kata Ayah. Maafkan aku, Yah. Rasa bersalah yang nanti aku rasakan setelah meninggalkan ibu di Tangerang sendirian akan jauh lebih besar setelah ini.
Ayah masih ingat? Lagu-lagu lawas yang kita nyanyikan mulai dari lagu-lagunya OST. Armageddon, Whitney Houston, dan yang lain. Aku juga tau darimana kegemaranku menonton film aku dapatkan. Ayah adalah penggemar film sejak dulu, kata Ibu. Dan sampai sekarang. Sering Ibu bercerita kalian masih sering nonton di bioskop sejak aku merantau ke Jogja.
Ayah masih ingat? Segala perbincangan kita ketika aku mulai beranjak dewasa, mulai dari cita-cita, menjadi istri yang baik, melanjutkan S2 kalau suamiku mengizinkan, judul skripsi, dimana aku akan berdomisili, kapan kita ke Aceh lagi, rumahku nanti, menjalani pernikahan, dan bagaimana mencintai seseorang secara utuh dalam hidup kita. Ayah adalah laki-laki ter-romantis versi Ibu :)
Ayah masih ingat? Hubungan pacaran ku yang pertama yang tidak disetujui Ayah dulu. Kemarin dia SMS, turut berduka cita, juga meminta maaf karena pernah kurang ajar sama Ayah dulu. Duh, rasanya aku ingin tertawa. Hubunganku selama setahun yang pada akhirnya berakhir karena anakmu ini terlalu emm.. ya begitulah :) Ayah yang paling tau aku, Entah nanti siapa yang bisa aku ajak curhat tentang laki-laki yang sedang aku pacari, karena Ayah selalu memberikan nasehat dari sisi "Si laki-laki", bukan nasihat a la perempuan, tapi selalu menenangkan.
Ayah tau kan? Ayah adalah planner terhebat, dan orang paling prepare dalam setiap perjalanan. Ayah selalu mengingatkan aku untuk mendata semua barang-barang yang aku bawa mulai saat Camping Pramuka, LDK, Berenang mingguan, Bali, Aceh, saat kita mudik ke Magelang setiap tahun, dan setiap perjalanan lainnya. kalau ada barang-barangku yang tertinggal, ayah hanya akan bilang "Ya mau gimana lagi, makanya jangan teledor" - itu masih menjadi penyakitku sampai sekarang, Yah.
Ayah, terlalu banyak yang sudah Ayah berikan buat aku. Dan belum ada secuil pun yang bisa Wanda berikan buat Ayah. Memohon tambahan waktu pada Allah pun adalah sesuatu yang mustahil. Wanda hanya bisa bilang..
Maafkan Wanda karena belum bisa bikin Ayah bangga, bahkan saat wisuda nanti Ayah sudah tidak bisa hadir secara langsung. Ayah belum bertemu dengan pendampingku kelak, yang aku harap bisa memiliki sifat seperti Ayah. Ayah yang selalu menyempatkan waktu untuk berbincang di pagi hari sebelum berangkat mengajar. Dan selalu pulang ke rumah secepat mungkin. Akan ada banyak yang kurindukan dari rutinitas yang Ayah lakukan, telefon rutin setiap hari, SMS pengingat makan, kiriman voucher Pizza Hut (hehe), obrolan kita, pelukan Ayah, semuanya. You are the best thing that ever happened in my life.
Terima kasih Yah, sudah menyelamatkan masa kecilku, dan kemudian membuat segalanya menjadi lebih baik dan lebih indah untuk aku nikmati. Allah pasti menempatkan Ayah di tempat terbaik di sana. You deserve it, karena Ayah orang baik.
Peluk cium sudah tidak bisa dihantarkan, namun serangkai doa dalam setiap detik tak pernah putus aku panjatkan.
Wassalamu'alaikum Wr Wb.
Ayah masih ingat? Kata-kata terakhir yang aku bisikkan ketika terakhir kita bertemu. Saat itu akulah yang paling ditunggu sebelum Ayah disholatkan dan dimakamkan. Aku berbisik di telinga Ayah "Assalamu'alaikum Ayah. Thankyou for never giving up on me, and raised me as your own child. I will always do my best to make you proud, Yah. Wanda selalu sayang Ayah" kemudian ku kecup pipi Ayah sambil terisak pelan. Kata-kata itu adalah seuntai kalimat paling tulus yang pernah aku ucapkan pada seseorang. Aku tau, kata terima kasih tidak akan cukup untuk membalas semua yang telah Ayah lakukan untuk aku selama ini.
Ayah masih ingat? Seminggu yang lalu aku pulang ke rumah, karena Ayah meminta aku membuatkan jurnal yang belum sempat Ayah selesaikan. Berjuta syukur aku ucapkan karena Allah telah mengatur pertemuan kita itu. Ayah yang sudah membaik dan masih bisa bercanda sama aku. Ayah tidak menyampaikan sesuatu yang orang-orang bilang sebagai "pertanda". Semua baik-baik saja, berjalan seperti biasa. Bahkan sampai pagi itu, ketika aku mendapatkan telfon dari tetangga kita, Tante Rina. Sayup-sayup aku mendengar derai tangis dari belakang "Kak Wanda bisa pulang sekarang?" Hati ini mencelos. Lima belas menit yang lalu aku mengganti display picture BBM ku dengan foto Ayah dan Ibu, "Kangen" kataku. Kemudian telfon itu berdering bagaikan siraman air es di pagi buta. Segalanya seolah membeku di sekililingku.
Ayah masih ingat? Banyak sekali kesalahan yang aku lakukan, kekecewaan yang Ayah rasakan atas semua perbuatanku. Tapi, Ayah tidak pernah sekalipun kasar, membentak, bahkan menghakimi secara sepihak. Ayah adalah orang tersabar yang pernah aku kenal. Ayah selalu rutin menelefonku setiap pagi untuk menanyakan "Anak Ayah sudah makan? Lagi dimana? Kuliah jam berapa?" Bahkan saat Ayah protes kenapa bukan aku yang menelepon duluan, Ayah tetap menelepon lagi keesokan harinya. Sampai saat Ayah sakit pun, ketika Ayah belum bisa memegang Handphone, Ayah selalu meminta Ibu untuk meneleponku kemudian me-loudspeaker percakapan kita. Sesederhana itu.
Ayah masih ingat? Saat aku masih kecil, kita hanya pergi ke McDonald's saat aku berulang tahun dan pembagian rapor. Ayah tidak suka makan diluar, apalagi junk food seperti itu. Guilty pleasure-ku yaitu Happy Meal dengan mainan menarik hanya aku dapatkan saat momen-momen itu. Sesuatu yang selalu aku tunggu. Mainannya masih ada sampai sekarang, dan memorinya akan selalu tersimpan.
Ayah masih ingat? Saat SMA, aku diserang wabah demam berdarah. Mau mati rasanya saat itu. Tapi Ayah dan Ibu selalu ada, mengurusi segalanya sampai aku sembuh total. Dan juga sakit-sakit yang lainnya, saat aku panas dan terserang manja maksimal, Ayah dengan sabar bertanya dari saluran telfon kantor "Anak Ayah mau dibeliin apaa?" Seolah pertanyaan yang retoris karena Ayah tau aku adalah generasi Kolonel Sanders. Kemudian Ayah pulang membawa satu basket Chicken Wing KFC. Sesederhana itu.
Ayah masih ingat? Ketika ujian masuk universitas mulai gencar-gencarnya diadakan, Ayah bilang "Paling jauh Bogor ya" Kalimat itu terngiang sampai sekarang dan membuat aku menyesal karena sudah kuliah sejauh di Jogja. Aku tidak bisa secepatnya ada disebelah Ayah di saat terakhir. Oh, bahkan aku tidak ikut test di Bogor sesuai kata Ayah. Maafkan aku, Yah. Rasa bersalah yang nanti aku rasakan setelah meninggalkan ibu di Tangerang sendirian akan jauh lebih besar setelah ini.
Ayah masih ingat? Lagu-lagu lawas yang kita nyanyikan mulai dari lagu-lagunya OST. Armageddon, Whitney Houston, dan yang lain. Aku juga tau darimana kegemaranku menonton film aku dapatkan. Ayah adalah penggemar film sejak dulu, kata Ibu. Dan sampai sekarang. Sering Ibu bercerita kalian masih sering nonton di bioskop sejak aku merantau ke Jogja.
Ayah masih ingat? Segala perbincangan kita ketika aku mulai beranjak dewasa, mulai dari cita-cita, menjadi istri yang baik, melanjutkan S2 kalau suamiku mengizinkan, judul skripsi, dimana aku akan berdomisili, kapan kita ke Aceh lagi, rumahku nanti, menjalani pernikahan, dan bagaimana mencintai seseorang secara utuh dalam hidup kita. Ayah adalah laki-laki ter-romantis versi Ibu :)
Ayah masih ingat? Hubungan pacaran ku yang pertama yang tidak disetujui Ayah dulu. Kemarin dia SMS, turut berduka cita, juga meminta maaf karena pernah kurang ajar sama Ayah dulu. Duh, rasanya aku ingin tertawa. Hubunganku selama setahun yang pada akhirnya berakhir karena anakmu ini terlalu emm.. ya begitulah :) Ayah yang paling tau aku, Entah nanti siapa yang bisa aku ajak curhat tentang laki-laki yang sedang aku pacari, karena Ayah selalu memberikan nasehat dari sisi "Si laki-laki", bukan nasihat a la perempuan, tapi selalu menenangkan.
Ayah tau kan? Ayah adalah planner terhebat, dan orang paling prepare dalam setiap perjalanan. Ayah selalu mengingatkan aku untuk mendata semua barang-barang yang aku bawa mulai saat Camping Pramuka, LDK, Berenang mingguan, Bali, Aceh, saat kita mudik ke Magelang setiap tahun, dan setiap perjalanan lainnya. kalau ada barang-barangku yang tertinggal, ayah hanya akan bilang "Ya mau gimana lagi, makanya jangan teledor" - itu masih menjadi penyakitku sampai sekarang, Yah.
Ayah, terlalu banyak yang sudah Ayah berikan buat aku. Dan belum ada secuil pun yang bisa Wanda berikan buat Ayah. Memohon tambahan waktu pada Allah pun adalah sesuatu yang mustahil. Wanda hanya bisa bilang..
Maafkan Wanda karena belum bisa bikin Ayah bangga, bahkan saat wisuda nanti Ayah sudah tidak bisa hadir secara langsung. Ayah belum bertemu dengan pendampingku kelak, yang aku harap bisa memiliki sifat seperti Ayah. Ayah yang selalu menyempatkan waktu untuk berbincang di pagi hari sebelum berangkat mengajar. Dan selalu pulang ke rumah secepat mungkin. Akan ada banyak yang kurindukan dari rutinitas yang Ayah lakukan, telefon rutin setiap hari, SMS pengingat makan, kiriman voucher Pizza Hut (hehe), obrolan kita, pelukan Ayah, semuanya. You are the best thing that ever happened in my life.
Terima kasih Yah, sudah menyelamatkan masa kecilku, dan kemudian membuat segalanya menjadi lebih baik dan lebih indah untuk aku nikmati. Allah pasti menempatkan Ayah di tempat terbaik di sana. You deserve it, karena Ayah orang baik.
Peluk cium sudah tidak bisa dihantarkan, namun serangkai doa dalam setiap detik tak pernah putus aku panjatkan.
Wassalamu'alaikum Wr Wb.
Comments